Malam
31 Desember 2012, saya bingung mau pergi tahun baruan ke mana. Karena sedang
tidak punya uang, saya hanya berharap untuk diberi uang oleh orang tua . Jika
tidak diberi uang saya hanya mau tidur di rumah saja. Tetapi, temanku yang
bernama Kosim & Bonari datang ke rumahku dan mengajakku untuk pergi camping
ke Goa Jepang bersama orang-orang sekitar rumahku. Saya hanya menjawab
"iya kalau punya uang", mereka menjawab "sip".
Keesokan
harinya saya tetap masih bingung karena tidak diberi uang. Akhirnya saya sms
mereka, "saya tidak bisa ikut, soalnya tidak diberi uang". Saya
memutuskan untuk tidur lagi, supaya tidak kepikiran terus.
Saya
merasa ada yang mengetuk pintu kamar dan memanggilku. Setelah saya bangun saya
mencari tadi yang memanggilku. Saya bertanya kepada bapak saya "tadi yang
ke sini siapa?" bapakku menjawab "Kosim tadi". Saya langsung
mencarinya memakai motor ke sekitar rumahku, akan tetapi dia tidak ada. Setelah
saya memutuskan untuk pulang ke rumah, saat di jalan aku berpapasan dengan dia.
Aku bertanya kepada dia "nanti aku ndak bisa ikut" dia menjawab,
"la kenapa?" saya kembali menjawab "aku tidak punya uang".
Dia langsung memarahiku dengan muka yang tidak enak. Saya kira dia akan
memarahiku karena saya tidak bisa menepati janji, tetapi malah kebalikannya.
Dia memarahiku "kita itu teman, seneng susah hadapi bersama. Kamu ada saat
aku tidak ada saja kamu selalu membantuku tapi kenapa kamu berpikiran begitu?
Aku ada kamu tidak mau aku bantu?" aku menjawab, "tidak enak
aja?" dia menjawab dengan nada yang tegas "sudah sana siap-siap dulu
nanti ke rumahku, biar aku nanti yang bayar patungannya" aku menjawab,
"yaudahlah" dalam hati berkata" tidak ada salahnya juga ya
?".
Saya
melanjutkan pulang ke rumah untuk siap-siap. Saya membawa perlengkapan seperti
baju, sarung, jaket, celana, selimut, senter, dll. Setelah itu saya memutuskan
untuk mandi supaya badan segar. Kemudian saya pergi mencari makan dahulu agar
di sana tidak kelaparan. Setelah semuanya selesai, saya langsung ke tempat di
mana semua berkumpul. Kami pun gotong royong menaikkan perlengkapan –
perlengkapan. Dengan cepat, akhirnya kami selesai menaikkan barang-barang
terserbut.
Kami pun berangkat dengan gembira
& menyanyi bersama. Setelah kita sudah lelah, kami hanya memandang
pemandangan. Dengan kecepatan penuh, akhirnya sampai di area perkebunan teh.
Pemandangannya sangat mengagumkan. Tapi teman saya bilang “itu belum seberapa,
lihat saja besok di puncak”.
Karena mobil yang kami tumpangi
kelebihan muatan, saat jalan menanjak kamipun harus turun dan mendorongnya. Dengan
rasa kebersamaan kamipun berhasil menangani semuanya.
Setelah
menempuh perjalanan yang cukup berat, kami sampai di tempat tujuan. Akan
tetapi, saat sampai hujan turun dengan derasnya. Kami pun basah kuyup, karena
belum sempat membangun tenda.
Dengan cekatan kami
mengamankan barang-barang yang ada di mobil, agar tidak basah semua.
Hujanpun
reda, kami bergotong royong untuk membangun tenda. Setelah semuanya selesai, kami
memutuskan untuk santai-santai di sekitar tenda. Sayapun pergi ke Goa Jepang
bersama beberapa temanku. Di
sana kami masuk ke dalam goa tersebut. Saya memimpin jalan karena saya yang
membawa senter. Di dalam banyak air yang menggenang dan udara yang lembab.
Banyak kamar-kamar yang mengerikan. Dengan perasaan takut kamipun saling
tergesa-gesa. Alhasih badan kami kotor semua terkena lumpur. Setelah sampai di
luar lagi kami
langsung pergi
mandi. Air di sana tidak bisa dibilang air lagi karena airnya sangat dingin
seperti es. Setelah semua pergi mandi, kita kembali menuju tenda.
Setelah
jalan cukup jauh, kami sampai di tenda. Sayapun pergi ganti pakaian, karena
pakaian yang saya kenakan basah. Baju hangatpun telah saya pakai. Saya langsung
ikut teman-teman bakar-bakar untuk mengusir hawa dingin. Badan pun menjadi hangat.Kemudian
saya pergi ke sekitar tenda untuk menikmati sore
hari dengan pemandangan yang indah.
Hari sudah mulai gelap, kami
menghabiskannya dengan memutar musik dan bakar-bakar makanan yang kami bawa
dari rumah. Tepatnya jam 9 malam, kami membakar ayam untuk makan kita semua.
Dengan kerja sama, ada yang membakar ayamnya ada juga yang memasak nasinya.
Setelah matang kami menaruhnya di atas daun pisang lalu menyantapnya. Dengan lahapnya
sampai tidak tersisa, hanya tulang-tulangnya saja.
Setelah selesai kami melanjutkan
aktivitas seperti tadi. Karena sempat hujan lagi, kami menghentikannya. Dengan
cepat udaranya menjadi sangat dingin.
Setelah hujannya selesai, kami
membuat kopi panas dan kolak durian+singkong. Baru saja diangkat, kami langsung
menyantapnya tetapi tidak terasa panas. Berbeda jika sedang di rumah harus
menunggu dulu sampai hangat.
Makan pun selesai, bertepatan
dengan pesta kembang api. Kami melihatnya dengan takjub karena suasananya
berbeda jika melihatnya di sini. Perang kembang api pun tidak dapat dihindari.
Suasana menjadi semakin megah. Kamipun tidak mau kalah dengan yang lainnya. Kami
membawa kembang api yang menurutku paling bagus di antara kembang api lainnya.
Pukul 2, pesta kembang api sudah selesai
kami memutuskan untuk pergi naik ke puncak Gunung Ungaran. Sebagian berada di
tenda, sebagian ikut. Dengan perbekalan secukupnya kami pun berangkat.
Medan yang kita lalui juga sangat
menyulitkan kami untuk berjalan
dengan cepat. Saya
sering terpeleset dibuatnya. Kami berjalan tanpa berhenti membuat tenaga
terkuras habis.
Di
tengah perjalanan tanpa disadari kami menyebar. Saya hanya sendiri, untungnya
membawa senter & saya juga pernah ke sini sebelumnya. Jadi tidak terlalu
kebingungan. Tapi yang saya takutkan yang lainnya.
Saya berjalan sambil mencari
mereka, tetapi tidak ketemu juga. Karena sedikit kesal saya berhenti sejenak
untuk menunggu mereka apakah mereka yang tertinggal. Setelah menunggu cukup
lama, tidak ada seorangpun teman saya yang lewat. Saya langsung meneruskan
perjalanan lagi, di ¾ perjalanan memang medan yang sangat sulit untuk dilalui.
Saya harus memanjat teping-tebing, jika saya terpeleset maka nyawa taruhannya.
Dengan sabar saya berhasil melewatinya.
Sesampainya
di atas tepat pukul 4 pagi. Saya tidak menemukan mereka seorangpun. Saya malah
menjadi bingung sendiri. Setelah menunggu sangat lama kamipun bertemu kembali.
Ternyata saya yang meninggalkan mereka. Mereka juga kebingungan mencariku.
Setelah
semuanya berkumpul, kamipun membangun tenda kecil untuk beristirahat. Saya
tidak tidur karena tidak mau melewatkan pemandangan yang menakjubkan. Lampu
yang berkemerlap di daerah Semarang terlihat semua. Dengan seketika kabut
menyelimutinya. Saya pun memutuskan untuk beristirahat.
Karena
terlalu lelah saya tertidur lelap. Tiba-tiba saya dibangunkan teman saya,
rasanya baru memejamkan mata, ternyata saya sudah tidur 1 jam lamanya. Setelah
saya keluar dari tenda, kabutnya sudah hilang. Saya melanjutkan melihat
pemandangan lagi bersama teman-temanku. Pemandangannya juga jauh lebih indah
dari yang tadi.
Matahari sudah menampakkan
sosoknya, kami memutuskan untuk berfoto sebagai kenang-kenangan.
Setelah
selesai berfoto-foto kami memutuskan kembali ke tenda yang pertama, karena jam
menunjukkan pukul 7 & perut sudah berdemo dan kami tidak membawanya ke
atas.
Pada
perjalanan kembali, kami menyempatkan diri untuk berfoto-foto lagi. Panas terik
matahari membuat kami harus menyudahinya. Kamipun berjalan dengan cepat untuk
menghindari panasnya matahari tersebut.
Pada
pukul 9, kami sampai di tenda, saya mengambil pakaian terlebih dahulu untuk
mandi, karena badan terkena lumpur semua. Airnya juga tidak berubah, sama
seperti kemaren. Terasa seperti es, brrr. Setelah selesai mandi saya pergi ke
tenda dan saling membantu untuk memasak makanan.
Makanan pun siap disantap, kami
memakannya dengan lahap. Karena tenaga sudah dihabiskan tadi malam. Setelah
semuanya kenyang, kami bersantai-santai terlebih dahulu.
Hari pun sudah panas, tepat pukul
10 kami memutuskan untuk kembali ke rumah. Saat perjalanan pulang sayapun tidur
karena kelelahan.
Akhirnya kami sampai di rumah
dengan selamat.
“Saya tidak akan melupakan kenangan indah itu”
THE
END
ABOUT THE AUTHOR
0 komentar :
Posting Komentar